Tuesday, November 20, 2012

Observatorium Bosscha, Lembang

| Tuesday, November 20, 2012
paketours.blogspot.com > Informasi Pariwisata > IndonesiaJawa Barat > Observatorium Bosscha, Lembang

Informasi

Kubah teleskop Zeiss

Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektare, dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m dari dataran tinggi Bandung. Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk observatorium Bosscha adalah 299. Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.

Teleskop radio 2,3 m

Fasilitas
Terdapat 5 buah teleskop besar, yaitu:

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss

Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. Instrumen utama ini telah digunakan untuk berbagai penelitian astronomi, antara lain untuk pengamatan astrometri, khususnya untuk memperoleh orbit bintang ganda visual. Selain itu, teleskop ini juga digunakan untuk pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang, pengukuran paralak bintang guna penentuan jarak bintang. Pencitraan dengan CCD juga digunakan untuk mengamati komet dan planet-planet, misalnya Mars, Jupiter, dan Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS (Bosscha Compact Spectrograph), teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan spektrum bintang-bintang Be.

Teleskop Schmidt Bima Sakti

Teleskop Schmidt Bima Sakti mempunyai sistem optik Schmidt sehingga sering disebut Kamera Schmidt. Teropong ini mempunyai diameter lensa koreksi 51 cm, diameter cermin 71 cm, dan panjang fokus 127 cm. Teleskop ini biasa digunakan untuk mempelajari struktur galaksi Bima Sakti, mempelajari spektrum bintang, mengamati asteroid, supernova, Nova untuk ditentukan terang dan komposisi kimiawinya, dan untuk memotret objek langit. Diameter lensa 71,12 cm. Diameter lensa koreksi biconcaf-biconfex 50 cm. Titik api/fokus 2,5 meter. Juga dilengkapi dengan prisma pembias dengan sudut prima 6,10, untuk memperoleh spektrum bintang. Dispersi prisma ini pada H-gamma 312A tiap malam. Alat bantu extra-telescope adalah Wedge Sensitometer, untuk menera kehitaman skala terang bintang , dan alat perekam film.

Teleskop Refraktor Bamberg

Teropong Bamberg juga termasuk jenis refraktor yang ada di Observatorium Bosscha, dengan diameter lensa 37 cm dan panjang fokus 7 m. Teropong ini berada pada sebuah gedung beratap setengah silinder dengan atap geser yang dapat bergerak maju-mundur untuk membuka atau menutup. Karena konstruksi bangunan, jangkauan teleskop ini hanya terbatas untuk pengamatan benda langit dengan jarak zenit 60 derajat, atau untuk benda langit yang lebih tinggi dari 30 derajat dan azimut dalam sektor Timur-Selatan-Barat. Untuk obyek langit yang berada di langit utara atau azimut sektor Timur-Utara-Barat praktis tak dapat dijangkau oleh teleskop ini. Teleskop ini selesai diinstalasi awal tahun 1929 dan digerakkan dengan sistem bandul gravitasi, yang secara otomatis mengatur kecepatan teleskop bergerak ke arah barat mengikuti bintang yang ada di medan teleskop sesuai dengan kecepatan rotasi bumi. Teleskop ini juga telah dilengkapi dengan detektor moderen, menggunakan kamera CCD. Teleskop ini biasa digunakan untuk menera terang bintang, menentukan skala jarak, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, pengamatan matahari, dan untuk mengamati benda langit lainnya. Dilengkapi dengan fotoelektrik-fotometer untuk mendapatkan skala terang bintang dari intensitas cahaya listrik yang di timbulkan. Diameter lensa 37 cm. Titik api atau fokus 7 meter.

Teleskop Cassegrain GOTO

Teleskop Goto berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m. Teleskop ini merupakan bantuan dari kementrian luar negeri Jepang melalui program ODA (Overseas Development Agency), Ministry of Foreign Affairs, pada tahun 1989. Dengan teleskop ini, objek dapat langsung diamati dengan memasukkan data posisi objek tersebut. Kemudian data hasil pengamatan akan dimasukkan ke media penyimpanan data secara langsung. Teropong ini juga dapat digunakan untuk mengukur kuat cahaya bintang serta pengamatan spektrum bintang. Dilengakapi dengan spektograf dan fotoelektrik-fotometer

Teleskop Refraktor Unitron

Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Teleskop ini biasa digunakan untuk melakukan pengamatan hilal, pengamatan gerhana bulan dan gerhana matahari, dan pemotretan bintik matahari serta pengamatan benda-benda langit lain. Dengan Diameter lensa 13 cm, dan fokus 87 cm

Teleskop Surya

Teleskop ini merupakan teleskop Matahari yang terdiri dari 3 buah telekop Coronado dengan 3 filter yang berbeda, serta sebuah teleskop proyeksi citra Matahari yang sepenuhnya dibuat sendiri. Fasilitas ini merupakan sumbangan dari Kementerian Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan, Negeri Belanda, Leids Kerkhoven-Bosscha Fonds, Departemen Pendidikan Nasional, serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Teleskop radio 2,3m

Teleskop radio Bosscha 2,3m adalah adalah instrumen radio jenis SRT (Small Radio Telescope) yang didesain oleh Observatorium MIT-Haystack dan dibuat oleh Cassi Corporation. Teleskop ini bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam rentang frekuensi 1400-1440 MHz. Dalam rentang frekluensi tersebut terdapat transisi garis hidrogen netral, sehingga teleskop ini sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen netral, misalnya dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain itu, teleskop ini dapat digunakan untuk mengamati obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar. Matahari juga merupakan obyek yang menarik untuk ditelaah dalam panjang gelombang radio ini. Obyek eksotik, seperti pulsar, juga akan menjadi taget pengamatan dengan teleskop radio ini.

http://id.wikipedia.org

Kunjungan ke Observatorium Bosscha sendiri ada beberapa jenis:

1. Kunjungan malam

Ini yang paling banyak peminatnya. Dalam kunjungan malam ini (kalau istilah kami sih: malam umum), Anda bisa:

- Mengikuti presentasi topik astronomi populer, kadang-kadang temanya cukup aktual. Misalnya, di sekitar hari presentasi sedang terjadi gerhana bulan, ya temanya itu. Tapi ya nggak selalu, meskipun presentasinya tetap menarik. Apalagi sekarang sudah sering menggunakan media presentasi yang lebih canggih, multimedia (Kalau dulu sih seringnya slide projector atau OHP, hiks ... Hahaha).
Sedikit tips: kalau masih penasaran, tanya saja si pemberi presentasi! Pada umumnya sih, kami-kami senang ditanya-tanyai. Itu tandanya Anda memerhatikan pemaparan kami dan ingin tahu lebih lanjut tentang astronomi.

- Meneropong di dua teleskop yaitu Teleskop Bamberg dan Teleskop Unitron.

Teleskop Bamberg terletak paling dekat dengan jalan masuk ke Bosscha. Lumayan besar dan untuk masuk, kita harus menuruni lumayan banyak anak tangga. Biasanya sih, objek yang dilihat di teleskop ini adalah bulan. Di arah Barat, ada teleskop kecil yang bernama Unitron. Kecil-kecil cabe rawit, nggak usah kecewa duluan melihat tongkrongannya. Biasanya, kita bisa mengamati objek-objek seperti planet-planet, gugus bintang, dan bulan (Ed, CMIIW euyyyy … udah lupa sih).
Sedikit tips: bersabarlah, antre yang rapi. Jangan memegang eye-piece (lubang tempat kita mengintip) teleskop, karena ini sering menyebabkan teleskop bergeser dari objek (apalagi menggerakkan teleskop dengan sengaja, karena biasanya sudah diset untuk mengikuti gerak objek langit). Jangan menyalakan lampu yang terang juga, agar objek langit bisa terlihat lebih jelas. Dan jangan berharap terlalu tinggi, misalnya meneropong sebuah bintang dan berharap melihat gambaran mirip matahari. Oh, tentu tidak. Paling juga, kalau kita mengamati bintang ganda (yang terlihat dengan mata telanjang seperti satu bintang), sekarang terlihat jelas ada dua bintang. Bintangnya juga berupa titik saja, bukan Titik Shandora.

- Melihat interior teleskop terbesar di Observatorium Bosscha, Teleskop Zeiss.

Sayang memang, di sini kita nggak bisa seenaknya menjajal teleskop. Tapi, presentasi sang pemandu nggak kalah menarik, dia akan menerangkan sistem kerja teleskop ini, termasuk membuka dan memutar tutup kubah serta menaik-turunkan lantai! Selain sistem kerja, sang pemandu juga akan menerangkan sejarah teleskop ini dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Sedikit tips: jangan memaksa untuk naik ke daerah pengamatan, apalagi bergerombol. Soalnya, konstruksi Teleskop Zeiss tidak dirancang untuk menopang beban banyak. Apalagi usianya sudah tua, dibangun tahun '20an. Jangan menjelajah ke tangga di bawah daerah pengamatan pula. Selain gelap dan menyeramkan, kalau lantainya diturunkan, kita bisa terjebak di sana. Hiyyy ….

- Berbelanja di "toko" yang menjual merchandise astronomi, mulai dari kaus, stiker, gantungan kunci, miniatur Teleskop Zeiss, bahkan teleskop kecil.

Tips umum: Datang agak awal, sekitar jam 5 sudah stand by di Bosscha. Soalnya, jam 8 acaranya selesai.

2. Kunjungan Siang

Di kunjungan siang ini, biasanya pesertanya murid-murid sekolah. Acaranya sih hanya presentasi saja, ditambah melihat-lihat teleskop-teleskop dari luar, tidak menjajalnya. Kadang-kadang ada sih, untuk mengamati matahari. Tentu saja dengan teleskop khusus yang telah dipasangi filter. Tapi selama saya bertugas sebagai pemandu, jarang terjadi deh, nggak tahu ya sekarang-sekarang.
Sedikit tips: WARNING! Jangan pernah melihat matahari dengan menggunakan teleskop tanpa filter. Prinsip kerja teleskop adalah memperkuat cahaya. Sinar matahari yang sudah kuat akan bertambah kuat, bisa membuat mata kita buta!

3. Kunjungan Khusus

Selama bertugas sebagai pemandu, saya belum pernah mengalami yang namanya kunjungan khusus ini. Tapi, kunjungan khusus ini adalah permintaan yang diminta secara khusus oleh badan-badan tertentu. Nggak tahu tuh kalau pengalaman Mister Edi Brekele, pernah nggak Ed? Dan setahu saya, proses permintaan kunjungan khusus ini lebih mudah dilakukan oleh badan-badan yang memiliki kaitan erat dengan Observatorium Bosscha atau ITB sendiri, seperti misalnya badan apa ITB lah, atau yang lain-lain.

Inilah yang harus dilakukan untuk bisa berkunjung ke Observatorium Bosscha di Lembang:

1. Telepon ke Bu Cucu pada hari dan jam kerja, ke nomor telepon (022) 2786001.

Bu Cucu ini adalah salah seorang staf administrasi Observatorium Bosscha, yang salah satu tugasnya adalah mengatur jadwal kunjungan. Beliau akan meminta informasi tentang jumlah anggota rombongan (tapi sendiri juga nggak apa-apa sih, nggak usah takut). Lalu, Bu Cucu akan mengecek jadwal, dan memasukkan rombongan ke hari yang masih kosong. Dan sori dori mori, bisa saja kita daftar tahun ini tapi baru bisa berkunjung tahun depan. Soalnya antreannya banyak dan kapasitas Observatorium Bosscha terbatas. Jika menerima kunjungan dengan berlebih, bisa-bisa biaya perawatan yang dikeluarkan akan sangat besar (untuk memperbaiki yang rusak, dll).

2. Biaya masuk per orang adalah Rp. 7.500,00 (murah kaaan? Dulu apalagi, gretong!).

Bisa ditransfer atau dibayarkan langsung pada saat kunjungan, nanti Bu Cucu yang akan menerangkan lebih jelas.

3. Tunggu apa lagi, setelah mendapatkan jadwal pasti, ya datang ke Lembang!

Dan ini beberapa tips umum untuk berkunjung ke Observatorium Bosscha:

1. Jika tidak membawa kendaraan, bisa naik ojek dari Batureok Lembang. Harga per ojek itu Rp. 3000,00 kalau hari biasa, kalau ada kunjungan sering ada praktik-praktik penggelembungan biaya oleh para tukang ojek itu.

2. Jika rombongan datang dengan bis, bis diparkir di pelataran depan toko-toko di Batureok. Lalu, kita bisa naik ojek dari Batureok. Sebetulnya berjalan kaki juga bisa, apalagi kalau ingin sedikit berolahraga. Tapi memang melelahkan, karena lumayan jauh dan menanjak. Kalau ingin berjalan kaki, jangan lupa bawa senter. Sepanjang jalan masuk dari gerbang kedua Bosscha gelap, siapa tahu tiba-tiba kita menginjak ular. Hiyyy!

3. Bawa jaket atau baju hangat, soalnya dingiiiin. Apalagi kalau malam.

4. Observatorium Bosscha susah air-jatah air ledeng juga bergantian digunakan oleh perumahan para dosen, kantor observatorium, dan penduduk. Jadi, kalau bisa sih sudah buang air kecil atau besar sebelumnya. Ada sih fasilitas WC, tapi terbatas.

5. Jangan makan di sembarangan tempat, apalagi membuang sampah sembarangan! Selain jorok, remah-remah makanan akan memancing binatang-binatang yang bisa merusak peralatan (seperti tikus, kecoa, dll). Sebaiknya makan permen aja deh, minum boleh, atau makanan praktis seperti roti untuk mengganjal perut. Kalau mau makan, di sekitar Pasar Lembang kan bejibun penjual makanan. Jangan berniat piknik di Bosscha, meskipun tamannya mirip setting film India, penuh bunga. Dan, keterlaluan kalau ada yang buang sampah sembarangan. Ini mah berlaku di mana saja!

6. Hati-hati dengan instrumen. Ini adalah aset kekayaan bangsa Indonesia dalam bidang riset dan ilmu pengetahuan. Harganya tentu saja mahal. Lagipula, hal-hal ini kan belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kalau ada instrumen rusak dan harganya mahal, dari mana biaya perbaikannya? (Paling nunggu bantuan luar negeri lagi, tapi … malu atuh, dibantu terus) Jadi, tumbuhkan rasa memiliki terhadap instrumen-instrumen ini ya.

7. Sudah beberapa kali kejadian, cinta bersemi di antara para pemandu dan rombongan kunjungan. Ini sih terserah saja, bagaimana Tuhan menentukan jodoh datang dengan cara apa saja. Tapi, berbaik-baiklah dengan para pemandu pada umumnya, meskipun nggak merasa tertarik kepada individunya. Rasanya senang sekali mendapat perlakuan ramah dari pengunjung, setelah cuap-cuap dan capek-capek datang ke Bosscha. Senyum dari pengunjung bagaikan air sejuk yang menyiram tanah kering-kerontang. Halahhhh! Hahahaha …

Jadi bagaimana, siapkah Anda berkunjung ke Observatorium Bosscha?

http://mmlubis.multiply.com/journal/item/32/Bagaimana-Caranya-Berkunjung-ke-Observatorium-Bosscha-Lembang

Related Posts

No comments:

Post a Comment