Sunday, April 7, 2013

Betty “Jajah” Belanda dengan Rempah Asli Indonesia

| Sunday, April 7, 2013
paketours.blogspot.com > kuliner > Betty “Jajah” Belanda dengan Rempah Asli Indonesia

Betty “Jajah” Belanda dengan Rempah Asli Indonesia - Siapa tak kenal rempah-rempah Indonesia yang begitu sohor. Bumbu eksotik ini memberikan rasa yang khas pada masakan. Saking nikmatnya masakan dengan rempah ini, sampai-sampai Belanda dan negara Eropa penjajah Indonesia lainnya kepincut membawa hasil bumi ini ke negaranya.

Ketergantungan negara Eropa terhadap rempah masih berkelanjutan sampai sekarang. Belanda saja sampai mengimpor secara rutin. Adalah Betty Bertina Simon-Kartadiredja. Wanita Indonesia yang tinggal di Belanda ini adalah importir rempah-rempah dari Indonesia. Dia menjadi pemilik dan managing director di Uni Product. Satu-satunya importir untuk rempah Indonesia.


Perusahaan yang diambil alih Betty pada tahun 2004 itu mengimpor rempah seperti pala, lada, dan cengkeh. Jerman, Italia, Belgia, Portugal, dan Inggris adalah negara lain yang menjadi tujuan pemasarannya.

Pelanggannya adalah pabrik-pabrik daging, bahkan perusahaan berskala besar macam Coca-Cola dan Unilever. Biasanya rempah dipakai untuk membuat produk sup atau sosis. Sedangkan, pada minuman bersoda, pala dipakai sebagai salah satu bahannya.

Namun, tidak mudah bagi Betty mempertahankan bisnisnya. Caplok mencaplok pelanggan sudah biasa di Belanda. Apalagi, kompetitor Betty adalah perusahaan-perusahaan asli Eropa. Untuk itu, dia mengimbanginya dengan tetap menjaga reputasi perusahaan seperti menepati janji kepada pelanggan.

Tidak hanya itu. Hambatan Betty untuk mendatangkan rempah dari Indonesia juga besar. Karena, supplai rempah Indonesia semakin berkurang akibat banyak lahan yang dipakai sebagai kebun kelapa sawit. Di Indonesia, pulau Kalimantan menjadi produsen utama untuk rempah.

“Sementara di pulau Bangka perkebunan lada tersingkir oleh industri timah. Produksinya makin lama makin sedikit,” ucap Betty kepada Radio Netherland (RNW).

Padahal, menurut Betty, jika produktivitas rempah tinggi justru bisa menghasilkan rupiah yang tak kalah dengan kelapa sawit. Permintaan di Eropa cukup besar. Dan, untuk menjualnya pun mudah. Produsen rempah hanya tinggal memastikan rempah tersebut layak ekspor. Jika sudah diimpor oleh Belanda atau negara eropa lain, proses pembersihan dan sterilisasi akan dilakukan oleh pabrik di sana.

“Susah sekali untuk menerobos barang yang sudah digiling dari Indonesia. Karena yang kita bersihkan kadang-kadang tidak memenuhi keinginan mereka,” papar Betty. (sidomi)

Related Posts

No comments:

Post a Comment