Standar Pembuatan Tempe Dunia Dipegang Indonesia - Kata siapa menjadi bangsa tempe itu menurunkan harga diri? Justru karena tempe, Indonesia dipercaya dunia untuk membuat standar tempe. Itu yang terjadi pada Sidang 34th session of Codex Alimentarius Commission (CAC) di Jenewa, 9 Juli 2011 lalu.
Salah satu contoh standar dalam pembuatan tempe adalah soal keawetan. Saat ini, tempe bisa tahan paling lama kurang dari satu minggu. Kendala ini yang harus dipecahkan. Bambang Setiadi, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), mengatakan, ke depan kemungkinan tempe akan dikalengkan demi menjaga keawetan. “Seperti yang pernah dilakukan penelitian oleh LIPI”, katanya.
Maklum saja, tempe sudah diakui sebagai makanan yang sehat. Di Jepang, tempe cukup digemari. Rustono, misalnya. Pengusaha tempe asal Grobogan (Jawa Tengah) yang kini tinggal di Jepang, mampu memperoduksi 16 ribu tempe dengan kemasan 200 gram demi memenuhi pangsa Jepang. Tempenya hadir di berbagai swalayan. Dia pun dijuluki King of Tempe oleh masyarakat Jepang.
Demi menggaet pangsa ekspor inilah diperlukan tempe yang mampu tahan hingga lebih dari satu minggu. Namun, standar lainnya juga mesti dipenuhi. Nantinya, jika Indonesia sudah memiliki standar tempe, industri tempe yang ingin menstandarkan tempe harus ke codex. “Nantinya hanya Indonesia yang membuat standar tempe yang beredar di seluruh dunia,” terang Bambang, yang mewakili Indonesia sebagai Ketua Panitia Codex Nasional Indonesia.
No comments:
Post a Comment